KEARA PART II

Zwetei Datei

Dini hari aku baru sampai di kota tujuan untuk menyelesaikan pekerjaanku selama dua minggu semoga aja beneran dua minggu. Dari bandara ada yang menjemputku yaitu salah satu praktikan dari cabang disini yang akan ikut dalam timku dalam menyelesaikan kasus kali ini. Travelling for work merupakan jadi rutinitas selama kerja, tiada hari tanpa travelling pindah dari satu kota ke kota lain atau pindah negara hanya untuk kerja tapi aku tidak menyesal memilih pekerjaan ini karena ini adalah mimpiku sejak dulu "bekerja yang dapat membawaku untuk travelling” kelamaan berbicara sendiri dengan pikiranku sampai aku tidak sadar ada orang di depanku.

"Selamat pagi Ibu Keana" Sapanya ramah

"Pagi, ini langsung ke hotel?" Kataku to the point dengan wajah setengah mengantuk cause I am tired so much.

"Iya Bu langsung ke hotel, besok pagi baru ada briefing jam 8 pagi untuk memulai kasus ini" Jelas laki – laki yang menjemputku hari ini.

"Jam 8 ya, yaudah kita langsung ke hotel saja saya capek banget soalnya, Maaf nama kamu siapa?. Tanyaku yakali dia tau namaku  masak aku gak tau namanya sih 

"Saya Aditya Bu yang akan menemani dan membantu ibu dalam menangani kasus ini" Jawab Adit sopan.

"Oke Adit langsung ke hotel aja yuk" Kataku dan bergegas untuk ke mobil 

"Baik Bu mari saya antar" kata dia sambil mengeret koper bukan aku yang nyuruh ya tapi dia dengan sukarela mau membawanya that’s call manner right hahaha gatau deh.

Selama di perjalanan aku nanya – nanya tentang si Adit ini yang ternyata pratikan baru 3 bulan dan gak hanya Adit yang bakal masuk di tim ini nantinya ternyata ada juga praktikan perempuan yang  namanya Riana. Jadi aku bakal di bantuin sama 2 orang praktikan junior yang masih perlu bimbingan dan ini kasus pertama mereka jadi aku kasih sedikit nasihat sama si Adit kalau gak usah stres dalam nanganin kasus karena klien kalau lihat kita stres takutnya gak percaya kita bisa bantuin permasalahan,malah tambah stres lagi dianya. Anaknya pendiam dan tapi mudah akrab juga bisa diajak bercanda dan tau kalau aku tanya tentang makanan enak – enak ataupun tempat – tempat yang seru selama disini, Ya itu sekedar buat refreshing biar  gak stress juga nanganin klien.

"Bu Keana saya sudah bantu Check in kan kamar buat Ibu, silahkan istirahat saya pamit dulu nanti pagi saya jemput kembali" Jelas dia setelah menyerahkan kunci untuk akses ke kamar.

"Thank you Adit, panggil saya Keana aja ya jangan Ibu kesannya saya udah Ibu – Ibu" Pinta gue sama Adit

"Gak sopan saya gak enak juga, saya panggil Kak Keana aja ya hehe" Jawab Adit

"Naaah kedengarannya kan enak kalau gitu, yaudah deh saya istirahat dulu Dit, besok minta tolong jemput saya jam 7 disini sama Riana juga, Makasih"

"Baik Kak siap, saya balik dulu" Pamit Adit kemudian

Setelah kepergian Adit aku masuk ke dalam kamar, beresin koper dan langsung mandi soalnya udah lengket banget badanku sejak tadi kemarin siang terakhir kali mandi. Setelah mandi gue siapin berkas yang mesti  dibawa besok buat dimasukin ke tas ransel kerja, siapin baju buat besok dipake, charge hp, recorder, laptop, kamera. Aku mesti siapin semua alat tempur sebelum ke medan perang besok soalnya aku orangnya pelupa kalau gak disiapin bisa – bisa ada yang ketinggalan dan bakal ganggu aktivitas karena berkurang satu item barang, itu udah jadi habitku sih gimananya dari dulu udah begitu jadinya terbiasanya. Abis itu baca email yang masuk dan baru sempat aku baca setelahnya tidur.

Pukul 7 pagi Keana sudah siap di lobby untuk menunggu jemputan yang akan membawanya ke kantor untuk melakukan briefing sebelum visit ke tempat klien. Cukup 10 menit Adit sudah terlihat di depan hotel tanpa babibu Keana langsung jalan menghampiri Adit. Ternyata Adit tidak sendiri melainkan bersama Riana cewek yang kemarin di omongin sama Adit.

"Pagi Kak Keana" Sapa Adit ramah

"Pagi juga, Ini Riana yaa?" Tanya gue.

Dengan senyum sumringah dan langsung menjabat tanganku "Selamat pagi Kak saya Riana yang akan membantu Kakak selama disini, saya minta maaf tadi pagi saya gak bisa ikut jemput soalnya ada beberapa hal yang harus saya siapin untuk hari ini" Jelas Riana dengan semyum yang lebar

Well si Riana ini anaknya periang sekali ternyata, untunglah  dapet tim yang bakal bikin aku berwarna disini, meskipun masih pada junior terlihat semangat sekali untuk menangani kasus pertama, "sama kayak gue dulu" Batinku

"Pagi Riana saya Keana, it's okay buat tadi pagi anak cewek gak boleh keluar dini hari" candaku

"Kita berangkat sekarang Kak" Kata Adit

Di dalam mobil Riana memberikan berkas tambahan untuk gue pelajari sebelum briefing nanti dan menjelaskan beberapa informasi baru tentang si klien.

"Jadi kak klien kita satu ini sifatnya introvert, gak mau ngomong sama sekali tentang apa yang terjadi sama dia. Dan kata tantenya juga klien kita memang pendiam jadi kita bakal sedikit membutuhkan effort untuk melakukan assesment nantinya. Setiap malem suka bangun tiba – tiba dan nangis" Jelas Riana

Gue mengangguk paham sambil melihat berkas "Background keluarganya mana Ri kok gak ada disini?" tanyaku sambil membolak balikan dokumen karena tidak melihat background keluarganya.

"Masih belum dapat datanya kak, belum diserahin ke saya Kak " Jawab Riana.

"Kok belum dapat info tentang keluarga, yang bawa klien kita ke kantor siapa?"

"Tantenya kak, menurut informasi dari bagian pelaporan, klien kita dibawa oleh tantenya ke kantor karena melihat beberapa tanda yang gak beres dari keponakannya yang dari nangis malam – malam kemudian bangun di tengah malam sambil ngelamun dan ketawa sendiri" Jelas Riana.

"Waaah, klien pertama kalian sepertinya akan menantang nih"

Riana dan Adit menoleh bersamaan dan langsung ngomong "Seriusan Kak" kata mereka bersamaan juga. Laah kenapa Adit bisa noleh padahal lagi nyetir yaaak wkwkw. Lagi lampu merah kok guys tenang.

Gue hanya ketawa lihat kelakuan mereka lucu banget "Santai aja laaah kita kerjain bareng – bareng bisa kok, semangat yang tadi pagi mana nih?"

"masih semangat kok Kak" kata Adit

"Iya masih semangat kok Kak, kaget aja gitu dibilang kliennya bakal menantang" Kata Riana kemudian.

Nih Riana sama si Adit terlihat excited tapi masih masih keliatan gugup gitu, dari yang aku tangkep nih ya mereke berdua well-prepare banget kalau ditanya tentang kasus ini mereka punya jawabannya, setidaknya dua minggu kedepan atau lebih ada 2 orang yang bisa dihandalin.

Sesampainya di kantor tepat pukul 07:45, kita bertiga langsung menuju ruang briefing yang sudah diisi oleh beberapa orang seperti, Pak Ary dan Bu Dian dari tim pelaporan kasus yang akan menjelaskan dari awal kasus klien ini, kemudian ada supervisor Pak Damar yang akan mengawasi dan membantu dalam menangani klien dan yang paling penting supervisor ini yang akan menilai kinerja kita selama menangani klien. Kemudian ada dari pihak keluarga yang diwakilkan oleh Tante si klien dan jangan lupa pimpinan kantor cabang ini yaitu Mas Dinar, kenapa gue manggil "Mas" karena kita satu almamater dan dia juga merupakan seniorku.

Kita duduk di meja bundar dan masing – masing orang diberikan Case Study awal yang minim informasi ini banyak data yang belum terisi karena namanya juga awal, Nah disini kita akan menggali sedikit informasi melalui case conference pertama yang biasa kita lakukan dalam mengawali kasus untuk mengetahui permasalahan si klien.

Presentasi dimulai dari Pak Ary yang menjelaskan tentang profil si klien dan tanda – tanda aneh dari klien.

Gue mengangkat tangan setelah penjelasan dari Pak Ary selesai "Sudah berapa hari hal itu dialami klien pak dan tingkah laku seperti itu dilakukan setiap hari" Tanyaku mengenai gejala gejala yang ditunjukkan klien

"Mungkin itu akan dijelaskan oleh tante dari klien, silahkan Bu Nada" Kata Pak Ary mempersilahkan

"Keponakan saya tiba – tiba sudah di depan rumah waktu siang hari itu masih menggunakan seragamnya, dan tiba – tiba meminta ijin untuk menginap selama beberapa hari di rumah saya dan saya pikir itu hal wajar karena dia memang dekat dengan saya. Kejadian awal pas tengah malam hari itu saat saya akan hendak ke dapur saya melihat keponakan saya jalan ke taman belakang dan saya melihat dia sedang melamun kemudian tertawa sinis lalu dia terisak, dan saat itu juga saya menghampirinya dan saya bertanya dia kenapa tapi dia hanya terseyum dan bilang tidak ada apa apa kemudian kembali ke kamarnya, keesokan harinya dia tidak keluar kamar seharian dan baru keluar saat malam hari, setelah dua hari itu keponakan kembali menjadi pendiam dan tetap sekolah tapi setiap malam dia akan bangun dan berteriak histeris, saya mencoba ke membawanya psikiater tapi dia tidak mau, saya membawa psikiater ke rumah tapi dia mengunci kamarnya, jadi ini sudah 2 minggu keponakan saya seperti itu dan saya gak tega melihat keponakan seperti itu dan melaporkan kasus ini kesini setelah diberikan informasi oleh teman dekat saya" Penjelasan Ibu Nada sungguh mengejutkan semua pihak gue udah mencatat hal yang akan menjadi poin penting untuk bahan awal assesment kali ini.

"Baik bu, saya akan tanya satu hal lagi, Orang tua keponakan Ibu tahu tentang ini?" Tanyaku pelan dan Bu Nada menggeleng dan berkata "Kakak perempuan saya sedang di luar kota untuk urusan bisnis jadi keponakan saya tinggal bersama ayahnya" jawab Bu Nada.

"Baik terima kasih atas informasi mungkin itu akan membantu untuk penanganan kali ini" akhirku setelah mencatat hal – hal penting yang merupakan sebagai kunci permasalahan

"Bu dituliskan disini bahwa Ayah dari klien merupakan ayah tirinya, apakah benar?" Tanya Ibu Dian

"Benar bu, ayahnya sekarang merupakan ayah tirinya dan dia sangat menyangi keponakan saya ini" Jawab Bu Nada

"Kenapa ayah tirinya tidak diberitahu tentang hal ini?" Tanyaku dengan kening berkerut ya aneh aja gitu masih ada walinya kok tantenya yang laporin.

"Saya belum dapat menghubunginya, karena jadwal beliau yang sibuk akhir – akhir ini"Jawab Bu Nada lagi

"Kedua orang tuanya sangat sibuk sekali, anda yakin akan menjadi wali klien dalam penanganan kasus ini?" bukan gue yang nanya tapi supervisorku yaak pak Damar lah yang bertanya.

"Saya yakin sekali, saya tidak mau keponakan saya seperti ini terus" Jawab Bu Nada dengan yakin.

Setelah pertanyaan – pertanyaan yang kami lontarkan dan sudah dijawab juga dengan Bu Nada, kami mengakhiri briefing ini yang memakan waktu 3 jam lamanya.

"Baiklah mari kita akhiri briefing kali ini, mungkin informasi tentang klien sedikit tapi itu akan membantu kalian dapat menangani kasus ini, dan terima kasih kepada Bu Nada sudah mempercayai kami untuk membantu keponakan anda" Kata Mas Damar mengakhiri briefing pagi ini.

Bu Nada berdiri dan kami semua ikut berdiri "Saya yang harusnya terimakasih kepada kalian" Kata Bu Nada sambil tersenyum.

"Mari ikut saya bu untuk melakukan kontrak sebagai wali penanggungjawab dari klien" Kata Bu Dian

"Baik bu, semua saya pamit dulu" Kata Bu Nada kemudian keluar bersama Bu Dian.

"So, nice to meeting you again Keana saya harap kamu bekerja keras dalam kasus ini, jika tidak ada hal lain saya permisi dulu kalian bisa lanjutkan untuk tindakan selanjutnya" Kata Mas Damar menyalamiku dan berlalu pergi setelah berpamitan dengan yang lain juga karena ada meeting lanjutan katanya.

Kami bertiga kembali duduk ya aku, Riana sama Adit soalnya pak Damar daritadi duduk setelah Bu Nada keluar ruangan.

"Baik, Jadi apa yang akan kamu lakukan Keana" Kata Pak Damar

"Mungkin saya akan bertemu dulu dengan klien pak untuk melakukan kontrak dan untuk hal itu aku akan mengandalkan Riana"

"Saya Kak?" tanya Riana terkejut.

Sambil tersenyum "Iya kamu, karena usia kamu sama dia gak terpaut jauh seperti aku mungkin mendekatinya akan lebih muda kamu daripada saya". Kenapa gue suruh maju duluan nih Riana karena umur dia sama klien gak terpaut jauh dan muka Riana masih terlihat seperti abg juga jadi akan lebih mudah mendekatinya dan baru itu aku akan masuk.

"Baik kak siap, mohon dibimbing ya kak" Kata Riana Pelan

Aku menoleh ke Adit "Dan untuk Adit bisa minta tolong carikan psikiater wanita dan muda, ya gak muda – muda banget sih seumuran saya lah, Bisa?". aku butuh psikiater yang akan membantu dalam menangani kejiwaan klien karena aku melihat klien beberapa gejala seperti depresi jadi butuh psikiater untuk melakukan diagnosis tentang masalah kejiwaan klien

"Bisa kak, nanti akan saya kabarin ke kakak kalau sudah ketemu" Jawab Adit

"Jangan lama – lama, 3 hari ya Dit?"

"Baik kak" Kata adit lagi sambil mengangkat jempolnya

"Mungkin awal tindakan saya itu Pak Damar, untuk kelanjutannya saya akan informasikan setelah Riana dan saya dapat berbicara dengan klien" Jelasku kepada pak Damar

"Baik, kabari saya jika ada kemajuan" Akhir pak Damar kemudian bangkit dari kursinya dan berpamitan untuk keluar dari ruangan.

"Gilaaaa keren banget Kak Keana, Profesional sekali" Kata Riana, Nih anak emang ekspresif banget, kaget keliatan,bahagia keliatan, bingung keliatan but she's adorable.

"Iya deh Kak Kean, mantep banget gak sia – sia aku gabung tim ini" Kata Adit senang

"Kalian ini bisa aja, yuk makan gue yang traktir" Kataku sudah menghilangkan kata – kata formal.

"Serius kak, yeeeeey" Kata Riana kegirangan

"Serius dong, yuk Dit tunjukin makanan yang enak dimana"

Kami bertiga keluar ruangan setelah membereskan berkas – berkas yang kita butuhkan nantinya, dan langsung tancap gas untuk cari makan.

=================================================================

Note:

Case Study: merupakan berkas kasus dari permasalahan klien dari profil sampai kehidupan klien

Case Conference: pertemuan yang dilakukan untuk membahas sebuah kasus 

CERITA INI HANYA FIKTIF, JIKA ADA KESAMAAN NAMA TEMPAT DAN NAMA PERAN MOHON MAAF ATAU BISA EMAIL AKU 

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer